PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam bahasa Indonesia
kita mengenal Morfologi yang merupakan cabang dari kajian ilmu bahasa. Salah
satu kajian atau bidang dari morfologi adalah kelas kata menurut tata bahasa
baku. Namun,dikalangan kita sebagai mahasiswa masih banyak yang tidak paham
atau mengenal jenis kata menurut tata bahaa baku. Didalam makalah ini akan
dipaparkan tentang pembagian kelas kata menurut tata bahasa baku secara jelas
guna mempermudah dalam pemahaman materi ini.
I.2. Rumusan Masalah
I.2.1. Apa saja
pembagian kelas kata menurut tata bahasa baku.
I.2.2. Apa saja bentuk
pembagian verba, nomina, pronomina, numerelia, adverbia, adjektiva, kata tugas.
I..2.3. Apa saja contoh
dari masing-masing dari bentuk pembagian kelas kata menurut tata bahasa baku.
I.2.4. Bagaimana
pemakaian masing-masing jenis kata menurut tata bahasa baku.
I.3. Tujuan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini yaitu :
I.3.1. Untuk mengetahui
pembagian kelas kata menurut tata bahasa baku
I.3.2. Untuk mengetahui
perbedaan dari masing-masing pembagian kelas kata menurut tata bahasa baku.
I.3.3. Untuk mengetahui
karakteristik dari jenis kata tersebut.
JENIS
KATA MENURUT TATA BAHASA BAKU
Kata merupakan bentuk
yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur. Kata dalam bahasa
Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Kata merupakan unsur atau
bagian yang sangat penting dalam kehidupan berbahasa. Bidang atau kajian
mengenai kata telah banyak diselidiki oleh ahli bahasa. Penyelidikan tersebut
menghasilkan berbagai teori-teori antara yang satu dengan yang ain
berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan sudut pandaang
antara ahli bahasa yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan konsep
antara ahli yang satu dengan yang lainnya tentu akan membingungkan dalam
kegiatan pembelajaran.
Untuk mengurangi
kebingungan tersebut, dikelompokanlah jenis kata menurut tata bahasa baku.
Dengan pengelompokan ini diharapkan mampu mengurangi kebingungan dalam
pembelajaran bahasa. Sebagaimana yang kita ketahui, istilah baku berarti suatu
bentuk yang sudah menjadi standar bersama. Karena kaidah-kaidah ini banyak
digunakan oleh orang.
Jenis kata menurut tata
bahasa baku terdiri dari :
1. verba
2. adjektiva
3. nomina
4. pronomina
5. numerelia
6. adverbia
7. kata tugas
1. VERBA
Kita harus menyadari
bahwa dalam bahasa Indonesia ada dua dasar yang dipakai dalam pembentukan
verba, yaitu dasar yang tanpa afiks tetapi telah mandiri karena memiliki makna,
dan bentuk dasar dasar yang berafiks atau turunan. Dari bentuknya verba dapat
dibedakan menjadi :
verba dasar bebas
Verba dasar yaitu verba
yang berupa morfem dasar bebas. Contohnya : duduk, makan, mandi, minum, pergi,
pulang,dll.
verba turunan
Verba turunan yaitu
verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa
paduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat kita jumpai :
verba berafiks
contohnya : ajari,
bernyanyi, bertaburan, bersentuhan, ditulis, jahtkan, kematian, melahirkan,
menari, menguliti, menjalani, kehilangan, berbuat, terpikirkan.
verba bereduplikasi
contohnya :
bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan.
verba berproses gabungan
contohnya :
bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, terbayang-bayang.
verba majemuk
contoh : cuci mata,
campur tangan, unjuk gigi.
Dilihat dari banyaknya
nomina yang mendampinginya,verba dapat dibedakan menjadi :
verba intransitif
verba intransitif yaitu
verba yang menghindarkan obyek. Contoh : ada, kembali, bangkit, bangun, tiada,
terbang.
verba transitif
verba transitif yaitu
verba yang bisa atau harus mendampingi obyek.berdasarkan banyaknya obyek,maka
terdapat :
verba monotarnsitif
verba monotransitif
yaitu verba yang mempunyai satu obyek.
Contoh :
verba bitransitif
verba bitransitif yaitu
verba yang mempunyai dua obyek.
Contoh
:
verba ditransitif
verba dittransitif
adalah verba transitif yang verbanya tidak muncul.
Contoh : adik sedang
makan.
Dilihat dari hubungan
verba dengan nomina, dapat dibedakan menjadi :
verba aktif
verba aktif yaitu verba
yang subyeknya berperan sebagai pelaku. Verba demikian biasanya berprefiks me-,
ber-, atau tanpa prefiks.
Contoh : Dia mencintai
saya
Saya makan nasi
Apabila ditandai oleh
sufiks –kan, maka verba itu benefaktif atau kausatif.
Contoh :
Ia membuatkan saya baju
Ibu memasakan kami
makanan.
Apabila ditandai oleh
sufiks –i, maka verba bermakna lokotif atau repetitif.
Contohnya :
Pak tani menanami sawah
Adik menyirami bunga
Orang itu memukuli
anjingnya
Paman menguliti kambing.
verba pasif
verba pasif yaitu verba
yang subyeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil. Biasanya
diawali dengan prefiks ter-, atau di-.
Contoh :
Adik dipukul ayah.
Buku itu terinjak oleh
ku.
Pada umumnya verba pasif
dapat diubah menjadi verba aktif, yaitu dengan mengganti afiksnya.
Contoh :
Adik disayang ayah. Ayah menyayangi adik
Meja itu terangkat oleh adik. Adik dapat mengangkat meja itu
verba anti-aktif
(argatif)
Verba anti-aktif yaitu
verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi verba aktif, dan subyeknya
merupakan penderita.
Contoh :
Ibu kecapaian di bus
Kakinya terntuk batu
verba anti-pasif
Verba anti-pasif yaitu
verba aktif yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.
Contoh :
Ia haus akan kasih
sayang
Pak tani bertanam
singkong.
Dilihat dari interaksi
antara nomina dan pendampingnya, dapat dibedakan:
verba resiprokal
Verba resiprokal yaitu
verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak, dan perbuatan
tersebut dilaukan dengan saling berbalasan. Kedua belah pihak terlibat
perbuatan.
Contoh :
Berkelahi,
berperang, bersentuhan, berpegangan, bermaaf-maafan, bersalam-salaman.
verba non resirokal
verba nonresiprokal
adalah verba yang tidak menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak dan
tidak saling berbalasan.
Dilihat dari sudut
referensi argumennya :
verba refleksif
verba refleksif yaitu
verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang sama .
verba ini mempunyai dua
bentuk, yaitu :
• verba yang berfresiks
ber-, dan nominanya berpadu dengan prefiks itu.
Contoh : bercermin,
berdandan, berjemur.
• Verba yang berprefiks
me-, bersufiks –kan, dan berobyek diri.
Contoh : melarikan diri,
membaringkan diri.
verba non-refleksif
verba non refleksif
yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang berbeda atau
berlainan.
Dilihat dari sudut
hubungan identifikasi antara argumen-argumennya, dapat dibedakan :
1. Verba Kopulatif
Yaitu Verba yang
mempunyai potensi untukditanggalkan tanpa mengubah konstruksi preduktirf yang
bersangkutan.
Contoh: adalah,
merupakan.
2. Verba Ekuatif
Adalah Verba yang
mengungkapkan ciri salah satu argumennya.
Contoh: menjadi, terdiri
dari, berdasarkan, bertambah, berasaskan.
Verba Telis dan Verba
atelis
Verba Telis biasanya
berprefik me-, dan Verba Atelis berfrefik ber.Verba Telis menyatakan bahwa
perbuatan tuntas, sedangkan Verba Atelis menyatakan bahwa perbuatan belum
tuntas atau belum selesai.
Contoh:
Pak tani menanam padi
Pak tani bertanam padi
Ia menukar pakaian itu
Ia bertukar pakaian
Verba performatif dan Verba Konstatatif
Verba performatif
Yaitu Verba dalam
kalimat yang secara langsung mengungkapkan pertuturan yang dibuat pembicara
pada waktu mengajarkan kalimat.
Contoh: berjanji,
menanamkan, menyebutkan, mengucapkan.
Verba Konstatatif
Yaitu Verba dalam
kalimat yang menyatakan atau mengandung gambaran tentang suatau peristiwa.
Contoh: menembaki,
menulis.
2. ADJEKTIVA
Adjektiva adalah
kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk bergabung:
Bergabung dengan
partikel tidak, mendampingi nomina di dampingi partikel seperti lebih, sangat,
agak.
mempunyai ciri-ciri
morfologis seperti –er, –if, -i. dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
Adjektiva dasar
Yang dapat diisi dengan
kata sangat, lebih :
Adil Bagus Deras dsb.
Agung Bahagia Disiplin
Aman Bebas Fatal
Anggun Berani fanatik
Yang tidak bisa diisi
dengan kata sangat, lebih :
Buntut Genap Langsung
Pelak
Cacat Interlokal Laun
Tentu
Gaib Kejur Musnah Tunggal
Ganda lancung Niskala
Adjektiva turunan
Adjektiva turunan
berafiks, misalnya terhorma.
Adjektiva turunan
bereduplikasi, misalnya
- Elok-elok - Muda-muda
- Gagah-gagah -
Ringan-ringan
Adjektiva berafiks
ke-an, misalnya :
- kesakitan - Kesepian
Adjektiva berafiks –i,
misalnya :
Abdi - hewani
Alami - Duniawi
Adjektiva yang berasal
dari berbagai kelas dengan proses-proses berikut :
Deverbalisasi, misalnya
:
Melengking -
menyenangkan
Menggembirakan -
terpandang
denominalisasi, misalnya
:
ahli - berguna – luas
berakar - bermanfaat –
malam
berbisa - dermawan -
membudaya
de-adverbalisasi,
misalnya :
berkurang - menyengat
bertambah denumeralia,
misalnya :
manunggal – menyeluruh -
mendua
de-interjeksi, misalnya
:
aduhai - sip – wah asoi
- yahud
Adjektiva Majemuk
subordinatif :
buta warna - panjang
akal - besar mulut - terang hati
koordinatif :
aman sentosa - lemah
lembut - besar kecil - suka duka
Ada dua macam katagori
adjektiva :
- adjektiva predikatif ,
adalah adjektiva yang dapat menempati posisi predikat dalam klausa .
contoh : hangat, sulit,
mahal.
adjektiva atributif,
yaitu adjektiva yang mendampingi nomina dalam prase nominal.
Contoh : nasional,
niskala
- adjektiva bertaraf,
yaitu adjektiva yang dapat berdampingan dengan agak, sangat, seperti :
pekat, makmur.
adjektiva tak bertaraf,
adalah adjektiva yang tidak dapat berdampingan dengan agak, sangat, seperti :
intern
Pemakaiaan Adjektiva
Tingkat positif, yaitu
suatu tingkat yang menerangkan bahwa nomina dalam keadaan biasa.
Contoh :
- Rumah Husein besar
- Rumah Husein sama
besar dengan rumah Ramli
Tingkat komparatif, yang
menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan nomina lain.
Contoh :Rumah Husein
lebih besar dari pada rumah Ramli.
Tingkat superlatif,
suatu tingkat yang menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan beberapa
atau semua nomina lain yang dibandingkannya.
Contoh :
- Anton murid yang
paling pandai di kelas itu.
- Anton murid terpandai
di kelas itu.
Tingkat eksesif, yaitu
suatu tingkat yang menerangkan bahwa keadaan nomina berlebih-lebihan.
Contoh :
- Pertunjukan
malam itu sangat ramai sekali.
- Karena dimanja, anak
itu terlalu amat nakalnya.
- Angin topan yang bukan
main kuatnya
3. NOMINA
Nomina adalah kategori
yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel
tidak, mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. Ada beberapa jenis
nomina yaitu :
nomina dasar
contoh :
* batu
* radio
* kemarin
* kertas *udara
nomina turunan
nomina berafiks :
keuangan, perpaduan
nomina reduplikasi
:tetamu, rumah-rumah
nomina hasil gabungan
proses : batu-batuan, kesinambungan.
Nomina yang berasal dari
berbagai kelas karena proses :
deverbaliasi :
pemandian, kebersamaan
deakjitivalisasi :
ketinggian, leluhur
deaverbalisasi :
kelebihan, keterlaluan.
Penggabungan : jathnya,
tridarma.
nomina paduan leksem
contoh :
- daya juang
- jejak langkah
- loncat indah
nomina paduan leksem
gabungan :
contoh :
- pengambilalihan
- pendayagunaan
Sub Kategorisasi
Nomina bernyawa dan tak
bernyawa
Nomina bernyawa dapat
dibagi atas:
Nomina persona (insan):
Nama diri: Martha, Sis,
Ayu. Nama diri sebagai nama tidak dapat direduplikasikan.
Nomina kekerabatan:
nenek, kakak, ibu, bapak
Nomina yang menyatakan
orang atau yang diperlakukan seperti orang; tuan, nyonya
Nama kelompok manusia:
Jepang, Melayu
Nomina tak bernyawa yang
dipersonkasikan: DPR (lembaga)
Flora dan Fauna
mempunyai ciri sintaksis:
Tidak dapat
disubstansikan dengan ia, dia, atau mereka
Tidak dapat didahului
partikel si, kecuali flora dan fauna yang dipersonifikasikan: Si Kancil, Si
Kambing
Nomina tak bernyawa
dapat dibagi atas:
Nama lembaga; DPR, MPR
Konsep geografis: Bali,
Jawa, Senangka
Waktu: Senin, Januari,
besok
Nama bahasa: bahasa
Sunda, bahasa Indonesia
Ukuran dan takaran:
gram, kilometer, karung
Tiruan bunyi: kokok
Nomina terbilang dan tak
terbilang
Nomina terbilang ialah
nomina yang dapat dihitung seperti, buku, orang, titik. Nomina tak terbilang
ialah nomina yang tidak dapat didampingi oleh numeralia, seperti udara,
kesucian, termasuk pula nama diri dan nama geografis.
Nomina kolektif dan
bukan kolektif
Nomina kolektif
mempunyai ciri dapat disubstitusikan dengan mereka atau dapat diperinci atas
bagian-bagian nomina kolektif terdiri atas nomina dasar seperti tentara,
keluarga. Nomina turunan seperti wangi-wangian. Nomina yang tidak dapat
diperinci atas bagian-bagiannya termasuk nomina bukan kolektif seperti: asinan,
cairan, hadirin, kompi, pawai, rempah.
Pemakaian Nomina
1. Penggolongan benda
yang dipakai bersama dengan numeralia untuk menandai kekhususan nomina
tertentu. Contoh penggolongan benda: bahu, batang, ekor, kecap, pucuk, tangkai.
2. Nomina tempat dan
arah: kana, kiri, depan, belakang
3. Tiruan bunyi: aum,
deru, deram, dan sebagainya
4. Makian: bangsat,
jahanam, dan sebagainya
5. Sapaan. Ada beberapa
jenis nomina yang dipakai untuk menyapa:
Nama diri: “Mari ke sini, Ali”,
Nomina kekerabatan: “Pak, apa artinya ini?”
Gelar dan pangkat: “Selamat pagi, Dok”
Kata pelaku yang berbentuk pe- + verba : pendengar
Bentuk nomina + -ku: “Oh, Tuhan-ku, lindungilah kami”
Nomina lain: “Ini topi Tuan”
6. Kuantifa: bahu,
botol, ikat, gelas, papan, teras
7. Ukuran: gram, kilo,
sentimeter
8. Penunjuk waktu: pagi,
Minggu, jaman
9. Hipostasis, yaitu
kata berkelas apa saja yang “diangkat” dari wacana dan dibicarakan
dalam
metabahasa seperti: kata berat dalam kalimat “Berat terdiri dari lima fonem dan
maknanya
berlawanan dengan ringan”
Nominalisasi
Proses nominalisasi
adalah proses pembentukan nomina yang baerasal dari morfem atau kelas kata yang
lain. Proses ini dapat terjadi dengan :
1. Afiksasi : pembicara,
kekasih, anjuran, lautan, kemenagan, keberanian, permintaaan
2. Penambahan partikel
Si dan Sang didepannya: Si Kancil, si Manis
3. Proses nominalisasi
dengan yang : yang lain, yang manis, yang manja
4. PRONOMINA
Pronomina adalah
kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikannya itu
disebut antiseden.
Pemakaian Pronomina
1. Dalam ragam non
standar, jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar tersebut, karena
pemakaian non standar tergantung dari daerah pemakaiannya.
2. Dalam bahasa kuno
juga terdapat pronomina seperti patik dan baginda
3. Semua pronomina hanya
dapat mengganti nomina orang, nama orang, atau hal-hal lain yang dipersonifikasikan:
“Kita sudah kehabisan beras, biarlah saya yang membelinya”
5. NUMERALIA
Numeralia adalah
kategori yang dapat mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, mempunyai
potensi untuk mendamingi numerelia lain, dan tidak dapat bergabung dengan tidak
atau dengan sangat.
Subkategorisasi
Numerelia takrif, yaitu
numerelia yang menyatakan jumlah yang tenru. Golongan ini terdiri atas :
1. Numerelia utama
(koordinat)
a. bilangan pnuh, adalah
numerelia utama yang menyatakan jumlah tertentu. Contoh : satu, dua,
puluh,ribu. Numerelia utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu,
harga uang, ukuran panjang, berat, isi,dsb.
b. bilangan pecahan,
yaitu numerelia yang terdiri dari pembilang dan penyebut, yang diduduki
partiker per :
= dua pertiga
= lima perenam
c. bilangan gugus,
contoh : likur. Bilangan antara 20 dan 30, misallnya : selikur=21, dualikur 22,
lusin=12, gross=144
2. Numerelia tingkat
Adalah numeriliatakrif
yang melambangka urutan dalam jumlah dan berstruktur ke + Numerelia. Ke-
merupakan prefiks dan Num menyatakan numerelia bilangan. Contoh : - catatan
kedua sudah diperbaiki
- Ia orang kedua di
departemennya.
3. Numerelia kolektif
Adalah numerelia takrif
yang berstruktur : Ke + Num, ber- + N , ber- +mr, ber - + Num R atau Num + -
ar. Numerelia kolektif yang berstruktur Ke + Num tempatnya dalam frase selalu
mendahului nomina.
Contoh : dipandangnya
kedua gadis itu dengan penuh keheranan.
B. Numerelia tak takrif
Numerelia tak takrif
adalaah numerelia yang menyatakan jumlah yang tak tentu. Misalnya : suatu,
beberapa, berbagai, pelbagai, tiap-tiap, sebagaian. Numerelia tidak pernah
dibentuk dari kategori lain, tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba seperti
dalam mendua, persatuan, atau menjadi nomia seperti
kesatuan,persatuan,perduaan,pertigaan, perempatan.
6. ADVERBIA
Adverbia adalah kategori
yang dapat mendampingi adjektiva, numerelia, atau proposisi dalam konstruksi
sintaksis. Dalam kalimat, Ia sudah pergi, kata sudah merupakan adverbia, bukan
karena mendampingi verba pergi, tetapi karena mempunyai potensi untuk
mendampingi ajektiva. Jadi sekalian banyak adverbia dapat mendampingi verba
dalam konstruksi sintaksis namun adanya verba itu bukan menjadi ciri adverbia.
Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia merupakan
konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi.
Ada dua jenis adverbia,
yaitu :
adverbia intra klausal
yang berkonstruksi dengan verba, ajektiva, numerelia, atau adverbia lain.
Contoh :
Alangkah - Gus - pula
Agak - Hmpir - rada-rada
Agak-agak - Hanya - saja
Amat sangat - Harus -
saling
adverbia ekstraklausal,
yang secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah-pindah posisi dan
secara sintaksis mengungkapkan prihal atau tingkat proposisi secara
keseluruhan.
Contoh : barangkali,
bukan, justru, memang, mungkin.
Adverbia dapat ditemui
dalam bentuk dasar dan dalam bentuk turunan.
Adverbia dalam bentuk
dasar bebas.
Contoh :
Alangkah
Agak
Bisa
Hampir
Masih
Memang
Paling
Nian
Niscaya
Sangat
dll
2. Adverbia turunan,
terbagi atas :
a. adverbia turunan yang
tidak berpindah kelas terdiri dari :
i. adverbia
bereduplikasi
contoh : agak-agak,
bisa-bisa, jangan-jangan, rada-rada.
ii. adverbia gabungan
contoh : belum boleh,
tidak boleh, tidak mungkin lagi, belum tentu.
b. Adverbia turunan yang
berasal dari berbagai kelas , terdiri dari :
i. Adverbia berafiks,
yaitu dengan prefiks ter-
contoh : terlalu, dan
terlampau.
ii. Adverbia dari
kategori lain karena reduplikasi.
denominal : akhir-akhir,
malam-malam, malu-malu, pagi-pagi.
Depronominal :
sendiri-sendiri.
Adverbia de-ajektiva :
awas-awas, baik-baik, benar-benar.
Adverbia denumerelia :
sedikit-sedikit, dua-dua.
Adverbia deverbal :
kira-kira, tahu-tahu.
3. Adverbia yang terjadi
dari gabungan kategori lain dan pronomina
A + -nya :agaknya,
harusnya
N + -nya : rasanya,
rupanya
V + -nya : hendaknya,
kiranya
A +-nya : biasanya,
layaknya
Num + -nya : seluruhnya,
biasanya
4. Adverbia deverbal
gabungan
Misalnya : mau tak mau,
masih belum juga, tidak trkatakan lagi
5. Adverbia de-akjetiva
gabungan :
Misalnya : tidak jarang,
tidak lebih, terlebih lagi, kerap kali, acap kali
6. Gabungan proses :
Se- + A + -nya :
sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya.
Se- + V + -nya :
seharusnya, sedapatnya.
Pemakaian Adverbia
Adverbia dalam bahasa
Indonesia digunakan untuk meneangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan kualitas
dari berbagai verba, ajektiva, numerelia, dan adverba lainnya. Aspek
menerangkan apakah suatu pekerjaan, peristiwa, atau sifat sedang berlangsung
(duratif), sudah selesai berlangsung (perfektif), belum selesai (imperfek),
atau mulai berlangsung. Modalitas menerangkan sikap atau suasana pembicara yang
menyangkut perbuatan, peristiwa, keadaan. Kualitas menjelaskan sifat atau nilai
suatu perbuatan, peristiwa, keadaan, atau sifat.
A. Adverbia sebagai
penanda aspek :
Contoh :
Biarkan saja ! Dia lagi
jahil.
Pada kalimat tersebut :
penanda aspek : lagi
Jenis aspek : duratif
Gunung itu sudah gundul.
Penanda aspek : sudah
Jenis aspek : perfektif
Adverbia sebagai penanda
modalitas
Contoh :
Mereka belum haus
Penanda modalitas :
belum
Saya harus lantang
bersuara
Penanda modalitas :
harus
Adverbia sebagai penanda
kuantitas
Contoh :
Ahmad mengerjakan
pekerjaannya sekaligus kemarin.
Penanda kuantitas : gus
Mereka saling mencintai
Penanda kuantitas :
saling
Adverbia sebagai penanda
kualitas
Contoh :
Alangkah cantik wajah
gadis itu
Penanda kualitas :
alangkah
Hati-hati, dia rada gila
Penanda kualitas : rada
7. KATA TUGAS
7.1 Batasan dan Ciri
Kata tugas
Kata tugas hanya
mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata
tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya
dengan kata lain dalam frase atau kalimat.
Ciri dari kata tugas
adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasr untuk membentuk kata
lain. Jika verba “datang” kita dapat menurunkan kata lain seperti mendatangi,
mendatangkan, dan kedatangan. Bentuk-bentuk seperti “menyebabkan” dan
“menyampaikan” tidak diturunkan dari kata tugas “sebab” dan “sampai” tetapi
dari nomina “sebab” dan verba “sampai” yang bentuknya sama tetapi kategori
berbeda. Dan kelas kata tugas merupakan merupakan kelas kata tertutup.
7.2 Klasifikasi Kata
Tugas
7.2.1. Preposisi
Ditinjau dari perilaku
semantisnya, preposisi juga disebut kata depan menandai berbagai hubungan makna
antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya.
Ditinjau dari prilaku sintaksisnya, preposisi berada didepan nomina, adjektiva,
atau adverbia sehingga terbentuk frase preposisional. Ditinjau dari segi
bentuknya, yaitu preposisi tunggal dan mejemuk.
a. Preposisi tunggal
Preposisi tunggal adalah
preposisi yang terdiri hanyaa satu kata.
preposisi yang
berupa kata dasar, preposisi ini hanya terdiri atras satu morfem. Contoh : akan
Takut akan kegelapan
di Duduk di kursi
preposisi yang berupa
kata berafiks, preposisi ini dibentuk dengan menambahkan afiks pada bentuk
dasar yang termasuk kelas ata verbal, adjektiva, atau nomina. Afiksasi dalam
pembentukan itu dapat berbentuk penambahan prefiks, sufiks, atau gabungan
kedua-duanya (konfiks). Contoh :
preposisi yang berupa
kata berprefiks :
bersama pergi
bersama kakak.
Menurut menurut
rencana
preposisi yang berupa
kata bersufiks :
bagaikan Cantik
bagaikan bidadari
preposisi yang berupa
kata berkonfiks, contoh :
melalaui dikirim
melalui pos.
Mengenai
berceramah mengenai kenakalan remaja
b. preposisi gabungan
preposisi yang
berdampingan, preposisi ini terdiri atas dua preposisi yang letaknya berurutan.
Contoh :
dari pada Menara
itu lebih tinggi daripada pohon itu.
Preposisi yang
berkolerasi, preposisi ini terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan
tetpi terpisah oleh kata atau prase lain. Contoh : antara....dengan antara dia
dengan adiknya ada perbedaan yang mencolok.
dari....sampai
dengan seminar itu diadakan dari hari senin sampai dengan hari kamis minggu
depan
Preposisi dan nomina
lokatif, suatu preposisi juga dapat bergabung dengan dua nomina asalkan nomina
yang pertama mempunyai arti lokatif.
c. peran semantis
preposisi
penanda hubungan tempat.
Contoh : di, ke, dari,
hingga, sampai.
penanda hubungan
peruntukan
Contoh : bagi, untuk,
guna, buat.
penanda hubungan
kesetaraan atau cara.
Contoh : dengan, sambil,
beserta, bersama
penanda hubungan sebab
Contoh : karena, sebab,
lantaran
penanda hubungan pelaku
Contoh : oleh.
penanda hubungan ihwal
peristiwa
Contoh : tentang,
mengenai.
penanda hubungan milik
Contoh : dari
7.2.2 Konjungtor
Dinamakan juga kata
sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat
: kata dengan kata, prase dengan prase, atau klausa dengan klausa. Konjungtor
dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
1. Konjungtor Koordinatf
Konjungtor yang
menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status
yang sama. Contoh :
- dan : yaitu penanda
hubungan penambahan
- serta : penanda
hubungan pendamingan
- atau : penanda
hubungan pemilihan
- tetapi : penanda
hubungan perlawanan
- melainka : penanda
hubungan perlawanan
- padahal : penanda
hubungan pertentangan
- sedangkan : penanda
hubungan pertentangan
Konjungtor koordinatif
disamping menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan kata. Meskipun
demikian frasa yang dihasilkan bukan frase preposional.
Contoh :
- Dia menangis dan
istrinya pun tersedu-sedu.
- Saya atau kamu yang
menjemput Ibu.
- Dia pura-pura tidak
tahu, padahal tahu banyak.
- Anak itu pandai tetapi
polos.
2. Konjungtor Korelatif
Konjungtor korelatif
adalah konjungtor yang menghubungkan dua kata, frase, atau klausa yang memiliki
status sintaksis sama. Konjungtor korelatif terdiri atas dua bagian yang
dipisahkan oleh satu kata , frase, atau klausa yang dihubungkan. Contoh :
Baik pak Anwar maupun
istrinya tidak suka merokok.
Kita tidak hanya harus
setuju, tetapi juga harus patuh.
Jangankan orang lain,
orang tuanya sendiri pun tidak dihormati.
3. Konjungtor
Subordinatif
Konjungtor subordinatif
adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa atau lebih, dan klausa itu
merupakan anak kalimat. Dilihat dari perilaku sintaksis semantisnya, konjungtor
ini dibagi menjadi tiga belas kelompok, yaitu :
Konjungtor subordinatif
waktu, misalnya : sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, selama,
demi, serta, hingga, sampai, setelah, sesudah, sebelum, selesai, seusai,
sehabis.
Konjungtor subordinatif
Syarat, misalnya : jika, kalau, jikalau, bila, manakala.
Konjungtor subordinatif
pengandaiaan, contohnya : andaikan, umpamanya.
Konjungtor subordinatif
konsesif, misalnya : biarpun, sekalipun.
Konjungtor subordinatif
pembandingan, contohnya : seakan-akan, seperti, sebagai.
Konjungtor subordinatif
sebab, misalnya : sebab, karena, oleh sebab.
Konjungtor subordinatif
hasil, misalnya : sehingga, sampai.
Konjungtor subordinatif
alat, misalnya : dengan, tanpa.
Konjungtor subordinatif
cara, misalnya : dengan, tanpa.
Konjungtor subordinatif
komplementasi, misalnya : bahwa.
Konjungtor
subordinatifatribut, misalnya : yang.
Konjungtor subordinatif
perbandingan, misalnya : sama...dengan, lebih....dari
4. Konjungtor antar
kalimat
Konjungtor antar kalimat
menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain. Karena itu, konjungtor macam
ini selalu memulai kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis
dengan huruf kapital. Contoh :
Kami tidak sependapat
dengan dia. Kami tidak akan menghalanginya. (Kami tidak sependapat dengan dia.
Biarpun begitu,kami tidak akan menghalanginya)
Keadaan memang sudah
mulai aman. Kita harus tetap waspada. (Keadaan memang sudah mulai aman. Akan
tetapi, kita harus tetap waspada)
Dari berbagai diatas
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Konjungtor koordinatif
menggabungkan kata atau klausa yang setara. Kalimat yang dibentuk dengan cara
ini dinamakan kalimat majemuk setara.
Konjungtor korelatif
membentuk frase atau kalimat. Unsur frase yang dibentuk dengan konjungtor ini
memiliki status sintaksis yang sama. Apabila konjungtor itu membentuk kalimat,
maka kalimatnya agak rumit dan bervariasi wujudnya. Ada kalanya terbentuk
kalimat majemuk setara, adapula yang bertingkat. Bahkan dapat terbentuk pola
kalimat yang mempunyai dua subjek dengan satu predikat.
Konjungtor subordinatif
membentuk anak kalimat. Penggabungan anak kalimat itu dengan induk kalimatnya
menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.
Konjungtor antar kalimat
merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat
sendiri-sendiri.
7.2.3 INTERJEKSI
Interjeksi atau kata seru
adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Secara stuktural,
interjeksi tidak bertalian dengan unsur kalimat yang lain. Menurut bentuknya,
interjeksi ada yang berupa bentuk dasar dan ada yang berupa bentuk turunan.
Berikut janis interjeksi dapat dikelompokan menurut perasaan yang
diungkapkannya, sebagai berikut :
Interjeksi kejijikan :
bah, cih, cis, ih, idih.
Interjeksi kekesalan :
brengsek, sialan, buset, keparat.
Interjeksi kekaguman
atau kepuasan : aduhai, amboi, asyik.
Interjeksi kesyukuran :
syukur, alhamdulillah
Interjeksi harapan :
insya allah.
Interjeksi keheranan :
aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah.
Interjeksi kekagetan :
astaga, astagfirullah, masyaallah.
Interjeksi ajakan : ayo,
mari.
Interjeksi panggilan :
hai, be, eh, halo.
Interjeksi simpulan :
nah.
Contoh :
Bah, pergi kau dari
rumah ini !
Ayo kita pergi sekarang
!
Halo, apa kabar ?
7.2.4 ARTIKULA
Artikula adalah kata
tugas yang membatasi makna nomina. Dalam Bahasa Indonesia ada kelompok
artikula, yaitu : artikula yang bersifat gelar, yang mengacu makna kelompok,
dan yang menominalkan.
1. Artikula yang
bersifat gelar
Artikukla yang bersifat
gelar pada umumnya bertalian dengan orang yang dianggap bermartabat. Berikut
ini jenis-jenis artikula yang bersifat gelar :
a. sang : untuk
menyatakan manusia atau benda unik dengan maksud meninggikan
martabat;kadang-kadang juga dipakai dalam gurauan atau sindiran.
b. sri : untuk manusia
yang memiliki martabat tinggi dalam keagamaan atau kerajaan.
c. hang : untuk laki-laki
yang dihormati dan pemakaiaannya terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra
lama.
d. dang :untuk wanita
yang dihormati dan pemakaiaannya terbatas pada nama tokoh pada cerita sastra
lama.
2. Artikula yang mengacu
ke makna kelompok.
Atikula yang mengacu ke
makna kelompok atau makna korelatif adalah para. Karena artikula ini
mengisyaratkan ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan
dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan
bentuk yang dipakai adalah “para guru” dan bukan “para guru-guru”.
3. Artikula yang
menominalkan.
Artikula “si” yang
menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau genetik, bergantung pada
konteks kalimat. Contoh :
Si Amat akan meminag Si
Halimah minggu depan.
Aduh, cantiknya si hitam
manis itu.
Berikut dalah ikhtisar
pemakaian artikula “si”
didepan nama diri pada
ragam akrab atau kurang hormat : si ali, si toni, si nana.
Didepan kata untuk
mengkhususkan orang yang melakukan sesuatu : si pengirim, si penerima.
Di depan nominal untuk
dipakai sebagai timangan, panggilan, atau ejekan. Yang disebut itu mempunyai
sifat atua mirip sesuatu: si belang, si bungsu, si kumnis.
Dalm bentuk verbal yang
menandakan dirinya menjadi bersifat tertentu: bersitegang, berikukuh,
bersimaharajalela, bersikeras.
Pada berbagai nama
tumbuhan dan binatang : siangit, sibusuk, sidingin, simalakama.
7.2.5 PARTIKEL PENEGAS
Kategori partikel
penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya
berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas
yaitu: -lah, -kah, -tah, dan pun. Tiga yang pertama berupa klitika sedangkan
yang keempat tidak.
A. Partikel – kah
Partikel – kah yang
berbentuk klitika dan bersifat menegaskan kalimat interogatif. Berikut adalah
kaidah pemakaiannya :
1. Jika dipakai dalam
kalimat deklaratif, -kah mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat interogatif.
Contoh :
- Diakah yang akan
datang ?
(bandingkan: Dia yanag
akan datang).
2. Jika dalam kalimat
interogatif sudah ada kata tanya seperti: apa, dimana, dan bagaimana, maka –kah
bersifat mansuka. Pemakaian –kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit
lebih halus. Contoh:
- Apakah ayahmu sudah
datang?
3. Jika dalam kalimat
tidak ada kata tanya tetapi intonasinya adalah intonasi interogatif, maka –kah
akan memperjelas kaliamat itu sebagai kalimat interogatif. Kadang-kadang urtan
katanya dibalik. Contoh:
- Akan datangkah dia
nanti malam?
B. Partikel –lah
Partikel –lah juga
berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif atau kalimat deklaratif.
Berikut adalah kaidah pemakaiannya.
1. Dalam kalimat
imperatif, -lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada perintanya. Contoh :
a. Pergilah sekarang,
sebelum hujan turun !
b. Bawalah mobil ini ke
bengkel besok pagi !
2. Dalam kalimat
deklaratif, -lah dipakai untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras. Contoh
:
a. Dari ceritamu,
jelaslah kamu yang salah.
b. Ambil berapa sajalah
yang kamu perlukan.
C. Partikel –tah
Partikel –tah, yang juga
berbentuk kritika, dipakai dalam kalimat interogatif, tetapi si penanya
sebenarnya tidak mengharapkan jawaban. Ia seolah-olah hanya bertanya pada diri
sendiri karena keheranan atau kesangsiannya. Contoh :
- Apakah artinya hidup
ini tampa engkau?
D. Partikel pun
Partikel pun hanya dalam
kalimat deklarataif dan dalam bentuk tulisan
dipisahkan dari kata
dimukanya.
Kaidah pemakaiannya
adalah sebagai berikut. Contoh :
Pun dipakai untuk
mengeraskat arti kata yang diiringinya. Contoh :
Yang tidak perlupun
dibelinya juga.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang
telah disajikan dalam pembahasan yang telah disajikan tadi penulis dapat
mengambil beberapa kesimpulan, antara lain:
Jenis kata menurut tata
bahasa baku ada 7 jenis yaitu: verba, adjektiva, adverbia, nomina, pronomina,
dan kata tugas.
Verba dari segi bentuk
terbagi atas verba asal dan verba terunan, sedangkan verbal dari segi prilaku
sintaksisnya terbagi atas verba transitif, verba tak transitif, dan verba
berpreposisi.
Adjektiva adri segi
bentuknya terbagi atas adjektiva dasar dan adjektiva turunan, sedangkan
adjektiva dari segi prilaku sintaksisnay terdiri atas ajektiva atributip,
predikatip, adn adverbia atau keterangan.
Adverbia dari segi
bentuknya terbagi atas adverbia tunggal dan adverbia gabungan.
Nomina adri segi
bentuknya dapat dibedakan menjadi nomina dasar, turunan, afiks, dan
morfofonemiks afiks nomina.
Pronomina penunjuk
terdiri atas pronomina penunjuk umum, penunjuk tempat, dan penanya.
Numeralia dibagi atas
nomeralia pokok, tingkat, dan pecahan.
Kata tugas
diklasifikasikan menjadi preposisi, konjungtor, interjeksi, artikula dan
partikel penegas.
3.2 SARAN-SARAN
Sebagai manusia biasa
penulis merasa banyak memilki kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Untuk
melengkapi kekurangan dalam makalah ini penulis menyarankan kepada pembaca
untuk membaca beberapa artikel mengenai tata bahasa baku sebagai referensi
tambahan. Selain itu diperlukan suatu bentuk pemahaman mengenai jenis kata
menurut tata bahasa baku. Kita sebagai mahasiswa harus mampu memberikan contoh
yang baik dalam panggunaan jenis kata menurut tata bahasa baku.
+ komentar + 3 komentar
Saya senang membacanya. Hanya perlu disunting. Banyak ketikan yang salah atau kurang, baik huruf maupun tanda baca.
mantaaps
BAHASAKU CUMA SATU
BAHASA INDONESIA
Mbak/mas pemiloikblog ini
butir ke-3 SumpahPemuda yang diikrarkan 90 tahun yang lalu berbunyi:
Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
maksudnya, kita harus dan wajib menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, tetapi kita juga masih harus memelihara, melestarikan, dan mengmbangkan bahasa ibu, bahasa daerah kita masing-masing.
dengan demikian, meski niat anda baik, tetapi perlu rasanya untuk meluruskan judul blog yang bagus ini.
salam,
bag
Posting Komentar